Kamis, 06 Desember 2012

DIVUSI INOVASI KOMUNIKASI KESEHATAN


DIVUSI INOVASI KOMUNIKASI KESEHATAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Jurnalistik Online
Dosen pengampu:
Merry Fridha Tri Palupi, S.Sos, M.Si




Disusun Oleh :
SITI MUNAWAROH (1010554010)



UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
FAKULTAS SOSIAL POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
BLITAR
2012


BAB I PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950-an. Pada saat itu pemerintah Amerika Serikat ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sebagian petani di sana mengadopsi teknik-teknik baru dalam pertanian dan sebagian lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktu itu menjadi bagian dari tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukan untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian tapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya.
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.
  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Pengertian Divusi dan Inovasi?
  2. Inovasi Kedokteran Islam dalam Anatomi dan Fisiologi

BAB II PEMBAHASAN
    1. Divusi
Difusi adalah proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di kalangan anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu corak khusus komunikasi, yang pesannya mengenai ide-ide baru. Komunikasi adalah proses yang para pesertanya bersicipta dan bersitukar informasi untuk mencapai kesepakatan bersama. Batasan ini berarti bahwa komunikasi adalah proses memadu (atau memisah) karena dua orang atau lebih bertukar informasi itu saling-mendekat (atau saling menjauh) dalam memaknai peristiwa-peristiwa tertentu.
Kami memandang komunikasi sebagai suatu proses pemaduan tindakan dua arah, bukannya sebagai tindakan searah atau lurus di mana seseorang memindah suatu pesan kepada yang lain (Rogers dan Kincaid 1981)Anggitan sederhana mengenai komunikasi insani seperti ini dapat dengan tepat memberikan tindakan atau peristiwa komunikasi tertentu dalam difusi, misalnya ketika seorang agen pembaru berusaha mempengaruhi klien agar menggunakan suatu inovasi. Namun apabila kita melihat apa yang terjadi sebelum peristiwa semacam itu, dan apa yang terjadi selanjutnya. Kita menyadari bahwa peristiwa itu hanyalah sebagian dari keseluruhan proses yang di dalamnya dipertukarkan informasi antara dua orang itu misalnya, klien datang kepada agen pembaru mengemukakan masalah dan kebutuhannya, dan oleh agen pembaru disarankan inovasi itu sebagai pemecahan yang bisa ditempuh. Dan bila kita melihat interaksi agen pembaru  ”klien dalam tautan lebih luas, kita bisa melihat bahwa interaksi mereka berlangsung beberapa putaran, dan betul-betul merupakan proses pertukaran informasi.
Dengan demikian difusi adalah suatu corak khas komunikasi, yang pesan-pesannya mengenai ide baru. Kebaruan ide dalam isi pesan komunikasi itulah yang menjadikan difusi besifat khas. Kebaruan berarti di dalamnya terkandung derajat ketakpastian. Ketakpastian adalah seberapa jauh sejumlah altematif dianggap berkait dengan terjadinya sesuatu peristiwa dan seberapa peluang relatif pilihan-pilihan berkanaan dengan peristiwa tersebut. Ketakpastian berarti kekurangan informasi, karena informasi merupakan satu alat pengurang ketakpastian. Informasi adalah jarak antara materi dan energi yang mempengaruhi ketakpastian suatu situasi, di dalamnya terdapat satu pilihan di antara banyak kemungkinan (Rogers dan Kincaid, 1981:64).
Difusi adalah salah satu jenis perubahan sosial, yang diartikan sebagai proses perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Bila ide-ide baru ditemukan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak, dan membawa dampak tertentu pada suatu sistem sosial tertentu, maka terjadilah perubahan sosial. Tentu saja perubahan itu dapat terjadi dengan cara lain, misalnya melalui revolusi politik atau karena peristiwa alam seperti banjir bandang atau gempa bumi.
Inovasi
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived as new by the individual.”(suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap / dirasa baru oleh individu). 
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau satuan pengguna lain. Selama berkenaan dengan perilaku manusia, tidak terlalu dipersoalkan apakah suatu ide itu “secara obyektif” baru (seandainya di ukur dengan selang waktu sejak pertama kali digunakan atau ditemukan) atau tidak. Pandangan seseorang tentang kebaruan suatu ide menentukan reaksinya terhadap ide tersebut. Apabila ide itu dipandang baru oleh seseorang, maka itu inovasi. Kebaruan suatu inovasi mencakup tidak sekedar “baru mengetahui”. Seseorang mungkin telah cukup lama mengetahui atau kenal suatu inovasi tetapi belum menentukan sikap (berkenan atau tak berkenan) terhadapnya, atau belum mengadopsi atau menolaknya. Aspek “kebaruan” suatu inovasi bisa dinyatakan dalam batasan pengenalan, persuasi (penyikapan), atau keputusan untuk menggunakan. Hendaknya kita tidak beranggapan bahwa semua inovasi itu perlu disebarkan dan dipakai. Nyatanya, ada beberapa kajian tentang inovasi yang menunjukkan bahwa suatu inovasi itu berbahaya dan boros yang umumnya tidak diperlukan, baik oleh perseorangan maupun sistem sosial. Lebih dari itu, inovasi yang sama mungkin diperlukan oleh pemakai dalam situasi tertentu tetapi tidak diperlukan oleh calon pengguna lain dalam suatu situasi yang berbeda.
Unsur – Unsur Divusi Inovasi
Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi :
  1. Innovation ( Inovasi), yaitu ide, praktek, atau benda yang dianggap baru oleh individu atau kelompok.
  2. Communication channel ( saluran komunikasi ), yaitu bagaimana pesan itu didapat suatu individu dari individu lainnya.
  3. Time ( waktu ), ada tiga faktor waktu, yaitu :
  • Innovation decision process ( proses keputusan inovasi )
  • Relative time which an inovation is adopted by individual or group.
(waktu relatif yang mana sebuah inovasi dipakai oleh individu atau kelompok )
  • Innovation’s rate of adoption ( tingkat adopsi inovasi )
  1. Social System ( sistem sosial ), yaitu serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum.

    1. Inovasi Kedokteran Islam dalam Anatomi dan Fisiologi
 

Sebelum peradaban Islam hadir, studi anatomi telah dikembangkan para ilmuwan di Yunani. Salah satu ilmuwan terkemuka yang mengembangkan studi anatomi adalah Aelius Galenus atau Claudius Galenus alias Galen (129 SM– 200/217 SM) `serta Hippocrates (460 SM – 370 SM). Ketika Islam mencapai kejayaannya, studi anatomi dikembangkan para saintis Muslim.
Para ilmuwan Muslim tak hanya mempelajari buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, namun juga mengembangkan, mengkritisi serta menemukan sesuatu yang baru dalam studi anatomi. Ilmuwan masyhur Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya Razi atau al-Razi (865 M- 925 M) berhasil mematahkan teori humorism yang dikemukakan oleh Galen.  
Al-Razi merupakan dokter pertama yang menolak teori humorism Galen. Ia meragukan teori Galen itu pada abad ke-10 M. Rhazes mengkritik teori Galen yang menyatakan bahwa tubuh memiliki empat jenis "humor" (zat cair), yang menjadi kunci keseimbangan bagi kesehatan dan mengatur suhu tubuh.
Sang dokter Muslim mematahkan teori itu lewat sebuah percobaan. Ia memasukkan suatu cairan dengan temperatur berbeda ke dalam tubuh dengan peningkatan atau penurunan panas tubuh, yang mirip dengan suhu cairan tertentu.
Al-Razi mencatat bahwa minuman hangat akan meningkatkan panas tubuh ke derajat lebih tinggi dari suhu alami. Sehingga minuman akan memicu respons dari tubuh, bukan hanya mentransfer sendiri hangat atau dingin itu.
Dokter Muslim legendaris lainnya melakukan percobaan dalam bidang anatomi dan fisiologi adalah Ibnu Sina (980 M - 1037 M). ''Kontribusi ibnu Sina dalam studi fisiologi adalah mengenalkan eksperimen secara sistematis yang dituangkan dalam The Canon of Medicine," papar Katharine Park dalam karyanya berjudul Avicenna in Renaissance Italy: The Canon and Medical Teaching in Italian Universities after 1500 by Nancy G Siraisi.
Hal serupa juga dilakukan Ibnu al-Haitham (965 M - 1040 M). Bashar Saad dalam karyanya bertajuk "Tradition and Perspectives of Arab Herbal Medicine: A Review", Evidence-based Complementary and Alternative Medicine, menjelaskan, kontribusi al-Haitham dalam bidang anatomi dan fisiologi. 
Menurut Saad, sang ilmuwan Muslim terkemuka itu banyak melakukan perbaikan tentang proses persepsi penglihatan dalam Kitab Optik-nya, yang diterbitkan pada 1021 M.
"Dokter Muslim melakukan inovasi dan terobosan dalam bidang fisiologi, salah satunya dengan menggunakan hewan untuk percobaan,'' imbuh Saad. Malah, menurut Emile Savage-Smith dalam karyanya bertajuk Attitudes Toward Dissection in Medieval Islam, dokter Muslim di era kejayaan Islam juga menemukan ilmu pembedahan manusia.
Ibnu Zuhr atau Avenzoar (1091 M-1161 M) adalah salah seorang dokter Muslim perintis yang melakukan pembedahan manusia dan bedah mayat postmortem.
Studi anatomi dan fisiologi kemudian dikembangkan oleh dokter Muslim agung bernama Ibnu Nafis (1210 M -1288 M). Ia merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia. Tak heran, jika Ibnu Nafis dikenal sebaga bapak fisiologi sirkulasi.
Prestasi dan pencapaian gemilang yang ditorehkan dalam bidang fisiologi di abad ke-13 M itu telah mematahkan klaim Barat yang selama beberapa abad menyatakan bahwa Sir William Harvey dari Kent, Inggris yang hidup di abad ke-16 M, sebagai pencetus teori sirkulasi paru-paru.
Adalah fisikawan berkebangsaan Mesir, Muhyo Al- Deen Altawi yang berhasil menguak kiprah Al-Nafsi lewat risalah berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna.
Menurut Altawi, kontribusi al-Nafis dalam dunia kedokteran tak hanya di bidang fisiologi. Ia juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran ekperimental, postmortem otopsi, serta bedah manusia. 
Sejarah juga mencatat Al-Nafis sebagai dokter pertama yang menjelaskan konsep metabolisme. Tak heran bila dia lalu mengembangkan aliran kedokteran Nafsian tentang sistem anatomi, fisiologi, psikologi, dan pulsologi.
Aliran Nafsian yang dikembangkannya itu bertujuan untuk menggantikan doktrin- doktrin kedokteran yang dicetuskan pendahulunya yakni Ibnu Sina alias Avicena dan Galen – seorang dokter Yunani. 
Al-Nafis menilai banyak teori yang dikemukakan kedua dokter termasyhur itu keliru. Antara lain tentang denyut, tulang, otot, panca indera, perut, terusan empedu, dan anatomi tubuh lainnya.
Guna meluruskan teori dan doktrin kedokteran yang dianggapnya keliru itu, al-Nafsi lalu menggambar diagram yang melukiskan bagian-bagian tubuh yang berbeda dalam sistem fisiologi (kefaalan) yang dikembangkannya. Dalam Kitab Sharh al-Adwiya al-Murakkaba, al-Nafis mengomentari Canon of Medicine karya Ibnu Sina.
Dalam bidang fisiologi, al-Nafis mengungkapkan, ''Darah dari kamar kanan jantung harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang menjembatani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang.'' 
Al-Nafis pun menambahkan, ‘’Dan bukan seperti apa yang dipikirkan Galen, tak ada pori-pori tersembunyi di dalam jantung. Darah dari bilik kanan harus melewati vena arteriosa (arteri paru-paru) menuju paru-paru, menyebar, berbaur dengan udara, lalu menuju arteria venosa (vena paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan bentuk ini merupakan spirit vital.’‘
Selain itu, al-Nafis secara tegas mengungkapkan, ‘’Jantung hanya memiliki dua kamar. Dan antara dua bagian itu sungguh tidak saling terbuka. Dan, pembedahan juga membuktikan kebohongan yang mereka ungkapkan. Sekat antara dua bilik jantung lebih tipis dari apapun. Keuntungan yang didapat dengan adanya sekat ini adalah, darah pada bilik kanan dengan mudah menuju paru-paru, bercampur dengan udara di dalam paru-paru, kemudian didorong menuju arteria venosa ke bilik kiri dari dua bilik jantung…”
Mengenai anatomi paruparu, Ibnu al-Nafis menulis, ’‘Paru-paru terdiri dari banyak bagian, pertama adalah bronkus, kedua adalah cabangcabang arteria venosa, dan ketiga adalah cabang-cabang vena arteriosa. Ketiganya terhubung oleh jaringan daging yang berongga.’
Anatomi merupakan cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi makhluk hidup. Anatomi bisa juga kerap disebut sebagai ilmu urai tubuh. 
Anatomi terdiri dari anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan alias fitotomi. Tak hanya itu, ada juga beberapa cabang ilmu anatomi lain, yakni anatomi perbandingan, histologi, dan anatomi manusia.
Sedangkan, fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Singkatnya, fisiologi adalah pengetahuan tentang fungsi normal makhluk hidup. 
Fisiologi juga dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan tetapi prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari
BAB III KESIMPULAN
Dengan demikian difusi adalah suatu corak khas komunikasi, yang pesan-pesannya mengenai ide baru. Kebaruan ide dalam isi pesan komunikasi itulah yang menjadikan difusi besifat khas. Kebaruan berarti di dalamnya terkandung derajat ketakpastian.
Anatomi merupakan cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi makhluk hidup. Anatomi bisa juga kerap disebut sebagai ilmu urai tubuh. 
Anatomi terdiri dari anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan alias fitotomi. Tak hanya itu, ada juga beberapa cabang ilmu anatomi lain, yakni anatomi perbandingan, histologi, dan anatomi manusia.
Sedangkan, fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Singkatnya, fisiologi adalah pengetahuan tentang fungsi normal makhluk hidup. 
Fisiologi juga dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan tetapi prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari
DAFTAR PUSTAKA
Rogers, Everett M (1983), Diffusion of Innovation, The Free Press, A Division of Macmillan Publishing C., Inc. New York.

Rogers, Everett M and F. Floyd Shoemaker (1971), Communication of Innovations, A Cross-Cultural Approach.

Katharine Park, Avicenna in Renaissance Italy: The Canon and Medical Teaching in Italian Universities after 1500 by Nancy G Siraisi.

Bashar Saad. "Tradition and Perspectives of Arab Herbal Medicine: A Review", Evidence-based Complementary and Alternative Medicine,

Al-Nafsi.Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna


http://id.inoasi kedokteran islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar