Makalah Ini
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Jurnalistik Online
Dosen
pengampu:
Merry
Fridha Tri Palupi, S.Sos, M.Si
Disusun
Oleh :
SITI
MUNAWAROH (1010554010)
UNIVERSITAS
ISLAM BALITAR
FAKULTAS
SOSIAL POLITIK
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
BLITAR
2012
BAB
I PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Teori difusi inovasi
telah ada sejak tahun 1950-an. Pada saat itu pemerintah Amerika
Serikat ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sebagian petani di
sana mengadopsi teknik-teknik baru dalam pertanian dan sebagian
lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktu itu menjadi bagian dari
tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukan
untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian tapi pada
perkembangan selanjutnya teori difusi ini digunakan pada
bidang-bidang lainnya.
Pada tahun 1962
Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of
Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman
tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor
sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi
tersebut berproses di antara masyarakat.
- RUMUSAN MASALAH
- Pengertian Divusi dan Inovasi?
- Inovasi Kedokteran Islam dalam Anatomi dan Fisiologi
BAB
II PEMBAHASAN
- Divusi
Difusi adalah proses
pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran tertentu dalam
jangka waktu tertentu di kalangan anggota suatu sistem sosial. Difusi
adalah suatu corak khusus komunikasi, yang pesannya mengenai ide-ide
baru. Komunikasi adalah proses yang para pesertanya bersicipta dan
bersitukar informasi untuk mencapai kesepakatan bersama. Batasan ini
berarti bahwa komunikasi adalah proses memadu (atau memisah) karena
dua orang atau lebih bertukar informasi itu saling-mendekat (atau
saling menjauh) dalam memaknai peristiwa-peristiwa tertentu.
Kami memandang
komunikasi sebagai suatu proses pemaduan tindakan dua arah, bukannya
sebagai tindakan searah atau lurus di mana seseorang memindah suatu
pesan kepada yang lain (Rogers dan Kincaid
1981). Anggitan sederhana mengenai komunikasi insani
seperti ini dapat dengan tepat memberikan tindakan atau peristiwa
komunikasi tertentu dalam difusi, misalnya ketika seorang agen
pembaru berusaha mempengaruhi klien agar menggunakan suatu inovasi.
Namun apabila kita melihat apa yang terjadi sebelum peristiwa semacam
itu, dan apa yang terjadi selanjutnya. Kita menyadari bahwa peristiwa
itu hanyalah sebagian dari keseluruhan proses yang di dalamnya
dipertukarkan informasi antara dua orang itu misalnya, klien datang
kepada agen pembaru mengemukakan masalah dan kebutuhannya, dan oleh
agen pembaru disarankan inovasi itu sebagai pemecahan yang bisa
ditempuh. Dan bila kita melihat interaksi agen pembaru ”klien
dalam tautan lebih luas, kita bisa melihat bahwa interaksi mereka
berlangsung beberapa putaran, dan betul-betul merupakan proses
pertukaran informasi.
Dengan demikian
difusi adalah suatu corak khas komunikasi, yang pesan-pesannya
mengenai ide baru. Kebaruan ide dalam isi pesan komunikasi itulah
yang menjadikan difusi besifat khas. Kebaruan berarti di dalamnya
terkandung derajat ketakpastian. Ketakpastian adalah
seberapa jauh sejumlah altematif dianggap berkait dengan terjadinya
sesuatu peristiwa dan seberapa peluang relatif pilihan-pilihan
berkanaan dengan peristiwa tersebut. Ketakpastian berarti kekurangan
informasi, karena informasi merupakan satu alat pengurang
ketakpastian. Informasi adalah jarak antara materi dan energi yang
mempengaruhi ketakpastian suatu situasi, di dalamnya terdapat satu
pilihan di antara banyak kemungkinan (Rogers dan Kincaid, 1981:64).
Difusi adalah salah
satu jenis perubahan sosial, yang diartikan sebagai proses perubahan
struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Bila ide-ide baru
ditemukan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak, dan membawa dampak
tertentu pada suatu sistem sosial tertentu, maka terjadilah perubahan
sosial. Tentu saja perubahan itu dapat terjadi dengan cara lain,
misalnya melalui revolusi politik atau karena peristiwa alam seperti
banjir bandang atau gempa bumi.
Inovasi
Rogers menyatakan
bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived
as new by the individual.”(suatu gagasan, praktek, atau benda
yang dianggap / dirasa baru oleh individu).
Inovasi adalah
gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau
satuan pengguna lain. Selama berkenaan dengan perilaku manusia, tidak
terlalu dipersoalkan apakah suatu ide itu “secara obyektif” baru
(seandainya di ukur dengan selang waktu sejak pertama kali digunakan
atau ditemukan) atau tidak. Pandangan seseorang tentang kebaruan
suatu ide menentukan reaksinya terhadap ide tersebut. Apabila ide itu
dipandang baru oleh seseorang, maka itu inovasi. Kebaruan suatu
inovasi mencakup tidak sekedar “baru mengetahui”. Seseorang
mungkin telah cukup lama mengetahui atau kenal suatu inovasi tetapi
belum menentukan sikap (berkenan atau tak berkenan) terhadapnya, atau
belum mengadopsi atau menolaknya. Aspek “kebaruan” suatu inovasi
bisa dinyatakan dalam batasan pengenalan, persuasi (penyikapan), atau
keputusan untuk menggunakan. Hendaknya kita tidak beranggapan bahwa
semua inovasi itu perlu disebarkan dan dipakai. Nyatanya, ada
beberapa kajian tentang inovasi yang menunjukkan bahwa suatu inovasi
itu berbahaya dan boros yang umumnya tidak diperlukan, baik oleh
perseorangan maupun sistem sosial. Lebih dari itu,
inovasi yang sama mungkin diperlukan oleh pemakai dalam
situasi tertentu tetapi tidak diperlukan oleh calon pengguna lain
dalam suatu situasi yang berbeda.
Unsur – Unsur
Divusi Inovasi
Proses difusi
inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi :
- Innovation ( Inovasi), yaitu ide, praktek, atau benda yang dianggap baru oleh individu atau kelompok.
- Communication channel ( saluran komunikasi ), yaitu bagaimana pesan itu didapat suatu individu dari individu lainnya.
- Time ( waktu ), ada tiga faktor waktu, yaitu :
- Innovation decision process ( proses keputusan inovasi )
- Relative time which an inovation is adopted by individual or group.
(waktu relatif yang
mana sebuah inovasi dipakai oleh individu atau kelompok )
- Innovation’s rate of adoption ( tingkat adopsi inovasi )
- Social System ( sistem sosial ), yaitu serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum.
- Inovasi Kedokteran Islam dalam Anatomi dan Fisiologi
Sebelum peradaban Islam hadir, studi anatomi telah dikembangkan para ilmuwan di Yunani. Salah satu ilmuwan terkemuka yang mengembangkan studi anatomi adalah Aelius Galenus atau Claudius Galenus alias Galen (129 SM– 200/217 SM) `serta Hippocrates (460 SM – 370 SM). Ketika Islam mencapai kejayaannya, studi anatomi dikembangkan para saintis Muslim.
Para ilmuwan Muslim
tak hanya mempelajari buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa
Yunani, namun juga mengembangkan, mengkritisi serta menemukan sesuatu
yang baru dalam studi anatomi. Ilmuwan masyhur Abu Bakar Muhammad
ibnu Zakariya Razi atau al-Razi (865 M- 925 M) berhasil mematahkan
teori humorism yang dikemukakan oleh Galen.
Al-Razi merupakan
dokter pertama yang menolak teori humorism Galen. Ia
meragukan teori Galen itu pada abad ke-10 M. Rhazes mengkritik teori
Galen yang menyatakan bahwa tubuh memiliki empat jenis "humor"
(zat cair), yang menjadi kunci keseimbangan bagi kesehatan dan
mengatur suhu tubuh.
Sang dokter Muslim
mematahkan teori itu lewat sebuah percobaan. Ia memasukkan suatu
cairan dengan temperatur berbeda ke dalam tubuh dengan peningkatan
atau penurunan panas tubuh, yang mirip dengan suhu cairan tertentu.
Al-Razi mencatat
bahwa minuman hangat akan meningkatkan panas tubuh ke derajat lebih
tinggi dari suhu alami. Sehingga minuman akan memicu respons dari
tubuh, bukan hanya mentransfer sendiri hangat atau dingin itu.
Dokter Muslim
legendaris lainnya melakukan percobaan dalam bidang anatomi dan
fisiologi adalah Ibnu Sina (980 M - 1037 M). ''Kontribusi ibnu Sina
dalam studi fisiologi adalah mengenalkan eksperimen secara sistematis
yang dituangkan dalam The Canon of Medicine," papar
Katharine Park dalam karyanya berjudul Avicenna in
Renaissance Italy: The Canon and Medical Teaching in Italian
Universities after 1500 by Nancy G Siraisi.
Hal serupa juga
dilakukan Ibnu al-Haitham (965 M - 1040 M). Bashar Saad dalam
karyanya bertajuk "Tradition and Perspectives of Arab Herbal
Medicine: A Review", Evidence-based Complementary and
Alternative Medicine, menjelaskan, kontribusi al-Haitham dalam bidang
anatomi dan fisiologi.
Menurut Saad, sang
ilmuwan Muslim terkemuka itu banyak melakukan perbaikan tentang
proses persepsi penglihatan dalam Kitab Optik-nya, yang diterbitkan
pada 1021 M.
"Dokter Muslim
melakukan inovasi dan terobosan dalam bidang fisiologi, salah satunya
dengan menggunakan hewan untuk percobaan,'' imbuh Saad. Malah,
menurut Emile Savage-Smith dalam karyanya bertajuk Attitudes
Toward Dissection in Medieval Islam, dokter Muslim di era
kejayaan Islam juga menemukan ilmu pembedahan manusia.
Ibnu Zuhr atau
Avenzoar (1091 M-1161 M) adalah salah seorang dokter Muslim perintis
yang melakukan pembedahan manusia dan bedah mayat postmortem.
Studi anatomi dan
fisiologi kemudian dikembangkan oleh dokter Muslim agung bernama Ibnu
Nafis (1210 M -1288 M). Ia merupakan orang pertama yang secara akurat
mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia. Tak heran, jika
Ibnu Nafis dikenal sebaga bapak fisiologi sirkulasi.
Prestasi dan
pencapaian gemilang yang ditorehkan dalam bidang fisiologi di abad
ke-13 M itu telah mematahkan klaim Barat yang selama beberapa abad
menyatakan bahwa Sir William Harvey dari Kent, Inggris yang hidup di
abad ke-16 M, sebagai pencetus teori sirkulasi paru-paru.
Adalah fisikawan
berkebangsaan Mesir, Muhyo Al- Deen Altawi yang berhasil menguak
kiprah Al-Nafsi lewat risalah berjudul Commentary on the
Anatomy of Canon of Avicenna.
Menurut Altawi,
kontribusi al-Nafis dalam dunia kedokteran tak hanya di bidang
fisiologi. Ia juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran
ekperimental, postmortem otopsi, serta bedah manusia.
Sejarah juga
mencatat Al-Nafis sebagai dokter pertama yang menjelaskan konsep
metabolisme. Tak heran bila dia lalu mengembangkan aliran kedokteran
Nafsian tentang sistem anatomi, fisiologi, psikologi, dan pulsologi.
Aliran Nafsian yang
dikembangkannya itu bertujuan untuk menggantikan doktrin- doktrin
kedokteran yang dicetuskan pendahulunya yakni Ibnu Sina alias Avicena
dan Galen – seorang dokter Yunani.
Al-Nafis menilai
banyak teori yang dikemukakan kedua dokter termasyhur itu keliru.
Antara lain tentang denyut, tulang, otot, panca indera, perut,
terusan empedu, dan anatomi tubuh lainnya.
Guna meluruskan
teori dan doktrin kedokteran yang dianggapnya keliru itu, al-Nafsi
lalu menggambar diagram yang melukiskan bagian-bagian tubuh yang
berbeda dalam sistem fisiologi (kefaalan) yang dikembangkannya. Dalam
Kitab Sharh al-Adwiya al-Murakkaba, al-Nafis mengomentari Canon
of Medicine karya Ibnu Sina.
Dalam bidang
fisiologi, al-Nafis mengungkapkan, ''Darah dari kamar kanan jantung
harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang
menjembatani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak
berlubang.''
Al-Nafis pun
menambahkan, ‘’Dan bukan seperti apa yang dipikirkan Galen, tak
ada pori-pori tersembunyi di dalam jantung. Darah dari bilik kanan
harus melewati vena arteriosa (arteri paru-paru) menuju paru-paru,
menyebar, berbaur dengan udara, lalu menuju arteria venosa (vena
paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan bentuk ini merupakan
spirit vital.’‘
Selain itu, al-Nafis
secara tegas mengungkapkan, ‘’Jantung hanya memiliki dua kamar.
Dan antara dua bagian itu sungguh tidak saling terbuka. Dan,
pembedahan juga membuktikan kebohongan yang mereka ungkapkan. Sekat
antara dua bilik jantung lebih tipis dari apapun. Keuntungan yang
didapat dengan adanya sekat ini adalah, darah pada bilik kanan dengan
mudah menuju paru-paru, bercampur dengan udara di dalam paru-paru,
kemudian didorong menuju arteria venosa ke bilik kiri dari dua bilik
jantung…”
Mengenai anatomi
paruparu, Ibnu al-Nafis menulis, ’‘Paru-paru terdiri dari banyak
bagian, pertama adalah bronkus, kedua adalah cabangcabang arteria
venosa, dan ketiga adalah cabang-cabang vena arteriosa. Ketiganya
terhubung oleh jaringan daging yang berongga.’
Anatomi merupakan
cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi
makhluk hidup. Anatomi bisa juga kerap disebut sebagai ilmu urai
tubuh.
Anatomi terdiri dari
anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan alias fitotomi. Tak
hanya itu, ada juga beberapa cabang ilmu anatomi lain, yakni anatomi
perbandingan, histologi, dan anatomi manusia.
Sedangkan, fisiologi
merupakan ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia
dari makhluk hidup. Singkatnya, fisiologi adalah pengetahuan tentang
fungsi normal makhluk hidup.
Fisiologi juga
dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan tetapi prinsip
dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis
organisme yang dipelajari
BAB
III KESIMPULAN
Dengan
demikian difusi adalah suatu corak khas komunikasi, yang
pesan-pesannya mengenai ide baru. Kebaruan ide dalam isi pesan
komunikasi itulah yang menjadikan difusi besifat khas. Kebaruan
berarti di dalamnya terkandung derajat ketakpastian.
Anatomi
merupakan cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan
organisasi makhluk hidup. Anatomi bisa juga kerap disebut sebagai
ilmu urai tubuh.
Anatomi
terdiri dari anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan alias
fitotomi. Tak hanya itu, ada juga beberapa cabang ilmu anatomi lain,
yakni anatomi perbandingan, histologi, dan anatomi manusia.
Sedangkan,
fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan
biokimia dari makhluk hidup. Singkatnya, fisiologi adalah pengetahuan
tentang fungsi normal makhluk hidup.
Fisiologi
juga dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan tetapi
prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada
jenis organisme yang dipelajari
DAFTAR
PUSTAKA
Rogers,
Everett M (1983), Diffusion of Innovation, The Free Press, A
Division of Macmillan Publishing C., Inc. New York.
Rogers,
Everett M and F. Floyd Shoemaker (1971), Communication of
Innovations, A Cross-Cultural Approach.
Katharine
Park, Avicenna in Renaissance Italy: The Canon and Medical
Teaching in Italian Universities after 1500 by Nancy G Siraisi.
Bashar
Saad. "Tradition and Perspectives of Arab Herbal Medicine: A
Review", Evidence-based Complementary and Alternative
Medicine,
Al-Nafsi.Commentary
on the Anatomy of Canon of Avicenna
http://id.inoasi
kedokteran islam.